Jelajahi Duniamu!

Duniaku ibarat sebuah buku, dan perjalananku akan membentuk sebuah buku cerita tentang kehidupan. Mereka yang tidak melakukan perjalanan hanya membaca halaman dari buku itu.

Jelajahi Indonesiamu

Perjalanan seribu batu bermula dari satu langkah. (Lao Tze)

Jelajahi Alammu

Gantungkan azam dan semangatmu setinggi bintang di langit dan rendahkan hatimu serendah mutiara di lautan.

Warnai Duniamu, Harimu dan Langkahmu

Buatlah hidupmu berwarna seperti sebuah pelangi, karena kita melihat kebahagiaan itu ibarat melihat pelangi, tidak pernah berada diatas kepala kita sendiri, tapi selalu berada diatas kepala orang lain.

Kembangkan senyummu

Dunia selalu terlihat lebih cerah dari balik sebuah senyuman. Tersenyumlah !! Dan duniamu akan lebih indah.

Prev Next

Archive for Agustus 2011

A Post Without Image

Curug Luhur Cikaso Ketika Sepi Air

Cerita ini masih lanjutan dari cerita perjalanan galau kami waktu bulan ramadhan. Sedikit mengulas, niat awalnya ingin melihat dan meyaksikan hujan meteor (perseis rain) dari puncak Bogor, malah meyimpang dari rencana, Ujung Genteng lah tempat yang dipilih. DAMN!!!!

Pagi hari sampai di daerah Ujung Genteng, kami menikmati pemandangan indah dengan udara yang sejuk di Tanah Lot Amanda, setelah puas menikmati keindahan alam dan beristirahat disana, perjalanan kami lanjutkan kembali menuju Pantai Ujung Genteng. Berangkat dari Ujung Genteng, menuju jalan pulang, kami menyempatkan untuk mengunjungi Curug Luhur Cikaso. Sempat nyasar-nyasar juga sih karena dari kami semua tidak ada yang hapal jalan persis menuju ke Curug Cikaso, tapi berkat bertanya sana sini, kami menemukan juga Curug Luhur Cikaso.
area parkir di Curug Cikaso
Tukang parkirnya ngaso duluuu  ^___^
 Sampai di tempat parkir, siap-siap menuju Curug Cikaso, sementara yang lain sibuk ganti celana, karena mau mandi-mandi rencananya. Ternyata untuk menuju Curug Cikaso ada 2 akses jalan yang bisa ditempuh, pertama dengan berjalan kaki, mungkin waktu yang ditempuh sekitar 20menit untuk bisa sampai di Curug Cikaso. Dan cara kedua dengan menaiki kapal kecil khusus penumpang yang dikelola oleh masyarakat setempat. Ternyata cukup mahal juga harga sewa kapalnya, 80ribu untuk satu kapal,,wawww,, sungguh tidak sebanding dengan jarak yang ditempuh.
foto dulu sebelum naik kapal
kegiatan penduduk lokal
kapal-kapalnya ngasoooo
eksis lagi aaahhh
lagi-lagi eksis di atas perahu
Benar-benar sebentar rasanya di atas perahu ini, tidak sampai 10 menit kami sudah turun kembali dari perahu, sempat kesal sih karena harganya mahal untuk sewa perahu. Setelah perahu mendarat di tepian, kami pun berjalan menuju Curug Luhur Cikaso, dan sampai didepan tebing-tebing tinggi kamipun terpana, melihat itu. ternyata tebing-tebing tinggi itu adalah Curug Cikaso yang sedang kering, sedikit sekali air yang mengalir di tebing itu. Benar-benar tidak sesuai dengan harapan kami, tapi itu semua tidak mengurangi semangat kami untuk menikmati keindahan alam di Curug Luhur Cikaso.
Curugnya kering
Benar-benar sedikit air
ga ada air
Tidak bisa mandi dan main air tidak berarti harus mati gayakan,, yaps,, foto-foto memang dapat menghibur diri karena kecewa melihat Curug Cikaso yang mengering akibat musim kemarau.
Foto keluarga 'Galau' edisi 1
Foto keluarga 'Galau' edisi 2
Foto keluarga 'Galau' edisi 3
Foto keluarga 'Galau' edisi 4
bener-bener galau ini.. hahahaa
 Setelah foto-foto disana sini dengan berbagai pose dan latar yang berbeda, kamipun istirahat, menikmati sejuknya angin semilir ditengah teriknya matahari. Tidur-tiduran di atas batu-batu besar, bercerita-cerita dan menyiapkan next trip. tring, muncullah trip 'Galau' berikutnya ke Palembang, kampungnya Eko. Hahaaaa
Akhirnya ga berasa sudah hampir 2 jam kami berada di Curug Cikaso ini, maish betah rasanya berleha-leha disini menikmati sejuknya angin semilir, tapi karena waktupun dan mengejar malam sampai Jakarta, makanya kamipun bergegas meningglkan Curug Cikaso.

Perjalanan pulang
Semoga nanti saya bisa kesini lagi, menyaksikan Curug Luhur Cikaso mengalirkan airnya yang begitu deras karena saya ingin merasakan sejuk dan segarnya air Curug Luhur Cikaso.

A Post Without Image

Menyambut Pagi di Tanah Lot Amanda

Perjalanan kali ini merupakan bagian dari perjalanan trip galau kami ke Ujung Genteng kemarin. Niat awalnya dengan kenyataan yang berbeda, tapi seru dan menarik. Inilah trip pertama saya tanpa persiapan terlebih dahulu, serba instant dan ternyata saya sangat menyukai perjalanan kali ini. Hampir 8 jam kami dalam perjalanan menuju Ujung Genteng, saat pagi tiba tempat pertama yang kami kunjungi adalah Tanah Lot Amanda. 

Ombaknya dahsyat
Awalnya saya masih bingung dengan namanya, Tanah Lot seperti nama daerah di Bali, dan setelah sampai disana saya mengerti kenapa namanya Tanah Lot Amanda. Tanah Lot karena tempatnya mirip dengan Tanah Lot yang sesungguhnya di Bali, ada karang batu yang begitu besar dan diatasnya ada sedikit pepohonan, mungkin yang membedakannya hanya gelombang airnya saja, kalau di Tanah Lot Bali ombaknya tidak sebegitu parahnya ketimbang di Tanah Lot Amanda yang ombaknya besar. Amanda adalah nama tempat penginapan/resort yang memang diperuntukkan bagi wisatawan/pengunjung untuk menginap.
Inilah alasan kenapa disebut Tanah Lot
waaaww
Saat kami disana memang kondisi villa Amanda terlihat sangat sepi sekali. Minta ijin ke Pak satpam untuk membukakan portal dan kami langsung masuk ke halaman villa Amanda. Saat membuka pintu mobil dan melangkah keluar mobil, udara yang begitu dingin dan angin yang kencang menyapa, sangat-sangat sejuk udara yang kami hirup.
Di pinggir pantai Tanah Lot Amanda
view Tanah Lot Amanda
Pagi hari di Tanah Lot Amanda
eksis dulu di pinggir pantai
Setelah puas menikmati keindahan Tanah Lot, melihat lautan luas dengan ombak yang besar, hembusan angin yang dingin. Kami masuk ke kawasan villa Amandanya. Sepi sekali, benar-benar tidak ada pengunjung yang menginap di villa itu. Mungkin karena waktunya di bulan Ramadhan jadi tidak ada pengunjung, katanya berdasarkan keterangan penduduk setempat, jika musim liburan tiba, villa Amanda ini selalu penuh oleh pengunjung. 
masuk ke kawasan villa, eksis dulu
foto keluarga dulu
villa ini serasa milik kami
kolam renang di villa
kondisi villa Amanda, benar2 sepi
Setelah berkeliling villa, main ayunan dan melihat produksi gula aren, kami kembali kedepan villa, matahari sudah mulai terbit dan angin yang sepoi-sepoi membuat mata kami mengantuk. Sambil istirahat, sebagian ada yang tertidur, ada yang ngobrol, bahkan ada yang pacaran. hahahaa
Pak sopir dan keneknya sedang tertidur pulas
ngobrol ngalor ngidul
dan inilah the couple nya  ^_______^
Semakin siang, matahari sudah mulai menyengat, kami pun mulai melanjutkan perjalanan kembali. Senangnya bisa masuk kawasan Villa Amanda dengan viewnya Tanah Lot, melihat masyarakat setempat sedang produksi gula aren, soalnya menurut info yang didengar, jika musim liburan tiba dan ada pengunjung yang menginap, tidak semua orang boleh masuk selain pengunjung. Untung saja saat itu sepi bahkan tidak ada pengunjung, villa Amanda serasa milik kami.. hahahaaa

A Post Without Image

Ramadhan di Ujung Genteng

Tidak pernah terpikir oleh kami akan menuju Ujung Genteng. Yaps, karena niat awalnya hanya ingin menyaksikan perseid rain (hujan meteor). Langit Jakarta memang tidak memungkinkan untuk melihat hujan meteor apalagi dengan mata telanjang, mau ke Boscha tapi selama bulan ramadhan tutp, akhirnya kami memutuskan untuk melihat hujan meteor dari langit puncak Bogor. Berdasarkan info yang didapat, memang hujan meteor kali ini tidak akan terlihat dengan sempurna karena pada saat itu tepat bulan purnama, sehingga cahaya bulan purnama akan menyamarkan hujan meteor.

Walaupun kami sudah tau akan kemungkinannya yaitu tidak bisa melihat hujan meteor dengan jelas, dengan semangat dan niat tinggi, kami menuju kota sejuta angkot dan kota hujan, Bogor. Kumpul di Jakarta, langsung masuk tol menuju arah Bogor, keluar tol dan sampai di Ciawi, kegalauan Eko (yang bawa mobil) nanya, "jadinya kita mau kemana nih". Dan tiba-tiba ada yang nyeletuk diantara kami, "ujung genteng". Ok, semua langsung setuju walaupun sang TS merasa keberatan awalnya karena "ujung gentengkan jauh, besok siang gue mesti kerja".

Singkatnya, kami sampai juga di Ujung Genteng subuh, paginya kami menuju Tanah Lot Amanda, dan kemudian ke Pantai Ujung Genteng. Terlihat sepi disana, yang ada hanya para nelayan, dan pemancing. Tenang sekali pantai Ujung Genteng, terlihat aslinya karena sepi pengunjung. Ini karena waktunya memang bukan waktu liburan, ini adalah bulan puasa dan kita ada di Ujung Genteng.
hanya ada para pemancing
Deburan ombak di Pantai Ujung Genteng
Kapal nelayan tersandar
Rumah penduduk sekitar
Tidak lama kami menghabiskan waktu di pantai Ujung Genteng. Kondisi yang memang panas oleh teriknya matahari, sepi pengunjung dan tidak tau mesti ngapain,,hahahaa. Sebelum pergi meninggalkan Ujung Genteng, kami mulai mengabadikan semuanya.
Inilah Kami   ^_____^
narsis dulu sebelum pulang
Okeh, foto-foto selesai, saatnya pergi meninggalkan Pantai Ujung Genteng. Berangkaaaattt ... 
Tujuan kami selanjutnya adalah Curug Cikaso,  perjalanan menuju Curug Cikaso kami menemukan tugu rudal, kesempatan dan momen bagus untuk berfoto, mariii bernarsis ria lagi.

Tugu Rudal TNI Ujung Genteng
Pose edisi 17 agustus
Puas berfoto di tugu rudal TNI, kamipun melanjutkan perjalanan, dan akhirnya melewati sebuah jembatan, dan foto-foto lagiiii ..
narsis di Jembatan
Ada yang beda d trip kami kali ini, suasana puasa, sepi, dan tanpa perencanaan. Kami menyebutnya trip GALAU. hahahahaa
Yang bawa mobil yang galau
 Dan inilah seseorang yang berjasa telah mengantarkan kami menuju Ujung Genteng, dengan kegalauannya menyetir mobil 24 jam nonstop. Salllut buat Eko.

A Post Without Image

Kemping Ceria di Pulau Perak

Pulau Perak adalah salah satu pulau di Kep. Seribu, masih berada di ibukota Indonesia, Jakarta. Posisi Pulau Perak sudah mendekati utaranya Kep. Seribu, airnya sudah jernih dan langitnyapun sudah bebas dari polusi. Menghabiskan liburan akhir minggu memang sangat cocok jika ingin ke Pulau Perak. Di pulau ini tidak terdapat penginapan/resort seperti di Pulau Putri dan Pulau Bidadari. Satu-satunya rumah yang ada hanya rumah penunggu pulau tersebut.

Berangkat sabtu pagi dari Muara Angke, kemudian transit ke Pulau Pramuka, disana kami makan siang dan berganti kapal dengan kapal yang lebih kecil. Sekitar jam 12an kami berangkat dari Pulau Pramuka menuju Pulau Perak. Perjalanan yang ditempuh cukup jauh. Sebelum kami ke Pulau Perak, kami sempatkan dulu untuk menikmati alam bawah laut, snorkling.Menurut awak kapal sekaligus guide kami, tempat yang bagus untuk snorkling adalah P. Kotok dan P. Sepa. Dan hari sabtu yang cerah itupun kami habiskan dengan menikmati alam bawah laut di P. Kotok dan P. Sepa.

Snorkling

 Setelah puas snorkling, sebelum menuju ke P. Perak, kamipun mencari ikan ke tempat-tempat para nelayan menjual ikan/memasok ikan. Sudah semua tempat kami datangi dan semuanya bilang kalau tidaka da ikan, memang betul setelah kami liat yang ada hanya ikan kecil-kecil. AKhirnya tidak ada acara bakar ikan, yang ada hanya acara bakar ayam, karena kami membawa ayam yang siap untuk dibakar.

tempat penjualan ikan

Sorepun menjelang, kami menuju P. Perak. Tempat kami akan menghabiskan malam. Tiba di P. Perak kami langsung minta ijin kepada penunggunya. Setelah ijin di dapat, karena langit masih terang, kamipun menikmati putihnya pasir di Pulau Perak, bermain-main air sambil menunggu datangnya sunset.

Foto keluarga dulu di dermaga P. Perak
Pertanda di Pulau Perak
Bermain pasir
Melompat bahagia
beraksi dibalik sinar matahari
Setelah puas bermain, dan malampun akan datang, kami segera mendirikan tenda. Semuanya sibuk mulai berbenah-benah mendirikan tenda, mencari kayu bakar dan menyiapkan masakan, semuanya saling menolong.
Bangun tenda
Bangun tenda
cari kayu bakar
Setelah semuanya selesai, tenda sudah berdiri dan kayu bakar sudah terkumpul, saatnya mengumpulkan logistik masing-masing. Semua logistik yang dibawa dari darat dikumpulkan untuk dimasak. Dan para calon ibu-ibu (kaum hawa) mulai sibuk menyiapkan makanan untuk disantap malam ini.

Masak-masak
menu makan malam
sisa bakar-bakaran
Setelah semua siap, kamipun bergegas menyantap makanan itu. Sungguh enaknya makan ayam bakar, dipulau dengan pasir putihnya dan bunyi ombak. Maknyooooosss!!!!
Perut kenyang dan matapun mengantuk. Tempat yang kami pilih untuk beristirahat adalah di atas dermaga. Tenda dibiarkan kosong tak berpenghuni selain tas dan segala perlengkapan yang kami bawa. Malam berganti menjadi pagi, jam 5 subuh sedang terlelapnya tidur tiba-tiba awan gelap dan angin kencang datang, seperti mau badai. Kami semua langsung bergegas lari menuju tenda, karna pertanda hujan akan segera datang. Tidak alam kemudian airpun mulai turun dari langit.

Sempetin narsis waktu hujan
Hujan reda, saatnya untuk menikmati matahri pagiiiiii .... Keluar dari tenda dan berjalan-jalan menyusuri Pulau Perak.
melompat di pagi hari
bercengkrama dipagi hari
menikmati sinar matahari
Sunrise at Pulau Perak
waaaww ,, sensor (porn) .. hahaha
Setelah puas bermain-main air dan pasir, bercanda-canda, narsis ria, saatnya untuk kembali ke tenda dan menyiapkan sarapan pagi. Sarapan pagi ini adalah indomie, setelah sarapan langsung berangkat snorkling kembali di Pulau Semut. Setelah puas bermain air, kami kembali lagi ke P. Perak. Dan apa yang kami temukan saat kembali dari snorkling, salah satu teman kami yang tidak ikut dan bertugas menjaga tenda, malah asik sendirian bermain pasir. kckckckckck


Puas rasanya bermain dan bercanda, saatnya untuk pulang. Pergi mandi dan rapih-rapih. Liburan telah berakhir dan saatnya untuk kembali ke darat dan melanjutkan kehidupan yang sebenarnya.