Kemudian selama 3 bulan kawalu tersebut, selain puasa ada juga ritual lain, yaitu bersih-bersih kampung, atau razia. Hari razia/bersih-bersih kampungpun ditentukan oleh si puun. Biasanya dalam bersih-bersih kampung ini, barang elektronik dan lainnya yang dianggap tabu oleh mereka akan dibuang atau dimusnahkan. Oleh karena itu, makanya pada saat upacara adat kawalu tersebut, pendatang/pengunjung tidak diperbolehkan menginap, mungkin agar mereka (masyarakat baduy) bisa khusyuk menjalankan kawalu.
|
Pisau, kemenyan, minyak putri duyung dan kain putih |
Saat kawalu, pendatang/pengunjung tidak diperkenankan untuk menginap di Baduy.Menurut guide, jika menginap harus membawa syarat-syaratnya, baru diperbolehkan untuk menginap disana. Untung saja warga sekitar (Masyarakat Ciboleger) menyediakan semua syarat-syarat itu, jadi kami tidak perlu pusing lagi mencarinya. Berdasarkan informasi dari guide, kami harus membawa : kemenyan, kain putih (kain kafan), pisau, dan minyak putri duyung. Dimana kemenyan, minyak putri duyung dan pisau dibungkus oleh kain putih tersebut kemudian diikat oleh batang pohon yang sudah dikeringkan. Benar-benar tradisional.
|
Bungkusan seserahan |
Di baduy dalampun saya mencoba berinteraksi dengan penduduk sekitar, saat para ibu-ibu sedang sibuk menumbuk padi, dan sayapun penasaran ingin mencoba menumbuk padi. Tetapi tidak boleh, mereka bilang pamali. Hmmm,, mungkin karena kawalu (pikir saya) ... hahaaa
Sampai di baduy dalem itu jam 8 malem, kami disuruh istirahat bersih-bersih,makan dan istirahat. Besok pagi, kami langsung menemui sang puun di ladang tempat ia bekerja. Disana, didalam rumah di tengah ladang puun, kami dipanggil satu-persatu. Saat saya masuk ditemani oleh guide, bau kemenyan pun mulai tercium. Dan sang Puun mulai melancarkan aksinya menginterogasi. Nama, alamat, pekerjaan, dan tujuan datang ke baduy. Untung saja ada guidenya, karena dia yang mentransletkan setiap kalimat yang keluar dari mulut si puun.
|
Porter sekaligus tempat saya mendapatkan informasi |
Karena salah satu larangan di Baduy dalam tidak boleh mengeluarkan alat-alat elektronik termasuk kamera, jadi saya tidak punya dokumentasinya, sedikit sedih sih karena ga bisa narsis... hehehee
wah... sebagai orang sunda saya juga pengen banget maen ke baduy. :D
Waaahh,, sayang banged kalau belum pernah singgah ke Baduy ...
Hayyooo kapan2 menjelajah ke Baduy, aku juga ingin kembali lagi ke Baduy.